Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare Di Kabupaten Pidie Tahun 1995-1999. Topics: Program Pemberantasan Penyakit Diare. PROGRAM PEMBERANTASAN; PROGRAM PENCEGAHAN; PROFIL SEKSI. Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus.
Artikel Evaluasi Program Diare. Get the full title to continue reading from where you left off, or restart the preview.
Untuk mengatasinya pemerintah telah mengembangkan program pemberantasan penyakit diare dan Menurut data World Health Organization (WHO). Oleh: Mohd Safwan bin Mohd NoorPENDAHULUAN Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang. Pemberantasan penyakit menular. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular.
Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2. M). Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Surveilans epidemiologi. Penanggulangan KLB. ISPA/Pnemonia. - Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR).
Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana). - Leptospirosis. Penyakit tidak menular (DM, hipertensi, dll). Menentukan data dasar/besarnya masalah kesehatan. Memantau atau mengetahui kecenderungan penyakit.
Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa. Membuat rencana, pemantauan, penilaian atau evaluasi program kesehatan. Subsistem surveilans epideiologi kesehatan: c.
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menulard. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menulare. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilakuf. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatang. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Menkes/SK/VIII/2.
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jenis- jenis penyakit yang diamati di Puskesmas (STP): 1. Demam Berdarah Dengue. Influenza. Kejadian Luar Biasa (KLB) =Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) = adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidmiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Kriteria Kerja KLB: 1.
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut- turut menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata- rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Angka rata- rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kalilipat atau lebih dibanding dengan angka rata- rata perbulan dari tahun sebelumnya.
Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 5. CFR dari periode sebelumnya. Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya. Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita: keracunan makanan,keracunan pestisida. Macam penyakit menular. Menguras tempat- tempat penampungan air seperti : bak mandi / WC, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain- lain seminggu sekali. Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum dan lain- lain. Mengubur semua barang- barang bekas yang ada di sekitar / di luar rumah yangdapat menampung air hujan. Plus tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk.
Abate dapat diperoleh/dibeli di puskesmas atau di apotik. Definisi kasus campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentukmakulo papular selama 3 hari atau lebih disertai panas badan 3. C atau lebih (teraba panas) dan disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO). Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1. WHO mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemberantasan campak, dengan tekanan strategi yang berbeda- beda pada setiap tahap yaitu : 1.
Tahap Reduksi. Tahap ini dibagi dalam 2 tahap : a. Tahap pengendalian campak.
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbiditas campak yang tinggi. Daerah- daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadipenurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun. Tahap Pencegahan KLBCakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi > 8. KLB antara 4- 8 tahun.
Tahap Eliminasi. Cakupan imunisasi sangat tinggi > 9. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak- anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi campak. Tahap Eradikasi. Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak ditemukan.
Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negara- negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Surveilans campak dilakukan untuk mengetahui permasalahan dalam penanggulangan campak yang meliputi : 1. Pemeriksaan laboratorium serologis (Ig. M positip atau kenaikan titer antibodi 4 kali) dan atau isolasi virus campak positip.
Kasus campak yang mempunyai kontak langsung (hubungan epidemiologi) dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 1- 2 minggu. Definisi KLB campak 1. Laporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah, maka kemungkinan ada 1. Pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB : Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 1.
KLB. Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi campak dapat dihitung dengan rumus : Prc = Px - 0,8. Cix . Px ) - BS - AMPrc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun (x)Px = Jumlah populasi bayi pada tahun (x)Ci.
BS = Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn x. AM = Jurnlah Bayi meninggal selama periode tahun (x)Cara pengambilan specimen darah pada tersangka KLB campak ? Diamkan dalam suhu kamarselama 1 jam. Ambil serum,masukkan ke dalam tabung khusus. LAli masukkan ke dalam spesimen carier pada suhu 2 – 8 .
Memberikan kekebalanpada bayi, anak dan ibu hamil dengan maksud menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari. PD3. I. 2. Tercapainya Universal Child Immunization yaitu tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap > 8. BCG, 3 dosis DPT, 4 dosois Polio,1 dosis Campak dan 3 dosis Hepatitis B sebelum anak berusia 1 tahun). Tercapainya Eliminasi Tetanus Neonatorum (insiden < 1 per 1. KH). Tercapainya Eradikasi Poliomyelitis di seluruh Indonesia. Bio Farma untuk program imunisasi saat ini adalah .
Vaksin yang rusak karena pembekuan: DPT, DT, TT, Hepatitis B. Vaksin yang tidak rusak karena pembekuan (boleh beku): BCG, Polio dan Campak. Vaksin DTP, DT, TT, Hep. B dan Polio dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 6 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG boleh digunakan hanya 3 jam setelah dilarutkan. Sisa vaksin dari lapangan seperti BCG, Campak, Polio, DTP, DT, TT dan Hep.
B jangan disimpan dalam lemari es. Sisa vaksin harus disimpan selama . Hal ini diperlukan untuk melacak bila terjadi kasus KIPI pada vaksin yang telah dipergunakan. Uji mutu vaksin. Mutu vaksin DPT yang baik.
Kabut sangat halus dan tidak ada. Kabut tersebut menjadi endapan lagi secara perlahan- lahan.
Untuk itu diperiksa dengan uji. KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)2. Induksi vaksin (reaksi vaksin)4.
Faktor kebetulan (koinsiden)5. Penyebab tidak diketahui. Imunisasi Pada Kelompok Resiko.
Untuk mengurangi resiko timbulnya KIPI maka harus diperhatikan apakah resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang dimaksud dengan kelompok resiko adalah: 1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu. Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI dengan mempergunakan formulir pelaporan yang telah tersedia untuk penanganan segera. Bayi berat lahir rendah. Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup bulan. Hal- hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah: a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada bayi cukup bulanb) Apabila berat badan bayi sangat kecil (< 1.
B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung Hbs. Agc) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melaui tinja. Pasien imunokompromais. Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 2.
Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian kemoterapi selesai. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin. Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.